“Mungkin” Writer Is Not Crime

Cukup aneh memang dengan judul yang saya angkat kali ini. ” Mungkin” Writer Is Not Crime” ada dua bahasa dalam satu kalimat dan terdiri dari 4 kata serta 1 kata penghubung. Saya masih meyakini hal aneh belum tentu diterima dengan tanggapan yang aneh pula. Menulis Menurut  Henry Guntur Tarigan adalah kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai. Jika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
menulis bisa diartikan Cara Menulis adalah membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur, dsb), anak-anak sedang belajar, melahirkan pikiran atau perasaan (spt mengarang, membuat surat). Mungkin itu beberapa contoh pengertian menulis, namun seiring perkembangan ilmu pengetahuan, menulis dewasa ini tidak hanya dengan alat tulis, namun bisa menggunakan media elektronik ( Komputer, Laptop, Hp dan lain – lain ). Improvisasi dari zaman ke zaman semakin memudahkan untuk menulis, dari menulis di batu, dedaunan, pohon, gua, tembok, kertas, menggunakan mesin ketik, menggunakan menulis tangan hingga menulis menggunakan smartphone, semakin berkembang bukan? Bersyukurlah.
Saya pribadi gemar menulis sejak SMP kelas 2, menulis puisi-puisi yang ditulis dibuku khusus yang isinya hanya kumpulan puisi, bisa ditebak puisi apa yang ditulis, tentang cinta. Inspirasi saya ketika itu adalah Kahlil Gibran, karyanya sungguh ingin seperti dia. Gaya intonasi kata, bermain kata dan tata cara menulisnya itupun sangat menginspirasi saya untuk menulis. Beranjak SMA saya berhenti menulis dibuku, namun di Handphone via SMS, aku kirim puisi ke wanita pujaan ( kalau inget jadi malu hehehe ).

Membaca dan menulis ibarat dua mata uang logam, saling berkaitan dan penting. Tanpa membaca, kita tidak bisa menulis, tanpa menulis kitapun akan lupa apa yang kita baca. Pendidikan dasar mengajarkan seperti itu. Subtansi daripada menulis adalah ungkapan perasaan, ungkapan pikiran/gagasan yang harus segera dituangkan agar menjadi sebuah karya tulis. Tulisan-tulisan adalah kata lain dari ungkapan pribadi seseorang, sebuah aspirasi yang enggan diletupkan melalui bahasa verbal, menulis merupakan seni, menulis adalah aktifitas otak yang tertuang menjadi tulisan.

Era 90an, terkenal dengan diary, sebuah buku kecil dimana isi buku itu adalah ungkapan curahan hati. Adalagi dengan surat menyurat melalui kantor pos, menulis kabar keadaan yang jauh disana, mungkin beberapa dari kalian pernah mempunyai sahabat pena, jika iya, Give Me 5, akupun demikian. Di era perkembangan teknologi, muncullah media menulis sejenis wordpress atau blogspot. Banyak fungsinya, bisa dibuat untuk murni karya tulis, curahan hati, bisnis ataupun berita. Semuanya perlahan berkembang dan semakin mudah.

Di era kemerdekaan Indonesia, menulis juga sebuah penuangan hasil pemikiran yang luar biasa, para Founding Father bangsa ini kerap menulis untuk melakukan perlawan terhadap kolonialisasi. Tak sedikit yang lolos dari penjara, seperti contohnya Bung Karno dan Tan Malaka, beliau ini kerap dipenjara karena tulisannya sangat menyonggok penjajah saat itu, tujuannya satu, kemerdekaan. Bung Karno menghasilkan karya, salah satunya Dibawah Bendera Revolusi, Tan Malaka pun demikian dengan Dari Penjara ke Penjara dan Madilog ( Matrealisme, Dialektika dan Logika ). Karya-karya beliaupun menjadi dasar pemikiran bangsa Indonesia, maka tak heran jika banyak pengagumnya, seperti saya. Tidak lupa dengan R.A Kartini dengan karyanya Habis Gelap Terbitlah Terang, karya ini memberikan dampak yang masive hingga sekarang mengenai emansipasi wanita. Tak jarang, tulisan-tulisan beliau dianggap perlawanan dan bertentangan oleh penjajah.

Di era orde baru, banyak yang sangat hati-hati, cukup mempunyai nyali jika menulis tentang kebrobokan pemerintah saat itu. Hal ini terjadi ketika tahun 1983 Koran Tempo dibredel karena pemberitaan miring tentang pemerintah.
Di era sekarang, ada sedikit perubahan, tulisan-tulisan tak semuanya berisi perlawanan, kritik atau apapun, ada pula yang berisi tendensi agar kondisi tidak stabil.

Semua orang bisa menulis, namun tergantung kemauan, mungkin awal menulis sangat sukar, namun jika ada kemauan pasti bisa. Modal awal menulis adalah membaca, tanpa membaca kita akan miskin kosakata. Menulis seperti menari, permainan kata sangat mempengaruhi kemenarikan sebuah tulisan. Sekali kita menulis dan tulisan itu disukai beberapa orang, maka akan ketagihan.

Menulis bukanlah sebuah aktifitas yang melanggar hukum, tergantung substansi isi. Jika isi itu menarik, maka akan menghasilkan karya yang luar biasa bahkan bisa menghasilkan uang dan itu bonusnya. Jadi tidak ada yang mubadzir, untuk jadi penulis jangan berorientasi akan hasil, namun kualitas tulisan dan pemahaman yang membaca.

Saya percaya, Karya yang dibuat dengan hati maka akan diterima dengan hati.
Terus menarilah jemarimu hingga tak mampu.

Sarang Kupu – Kupu
19 November 2014
9. 56 PM

3 thoughts on ““Mungkin” Writer Is Not Crime

Tinggalkan komentar